BULETIN TERAS KPI

BULETIN TERAS KPI

Monday, July 4, 2011

Filler, Jenis Film yang Belum Banyak Dikenal


Filler, kata yang berasal dari kata fill ini berarti mengisi. Awalnya Filler muncul untuk mengisi beat atau ruang-ruang dalam sebuah broadcash yang masih terdapat jeda dan belum terisi apapun. Filler hadir sebagai pengisi jeda seperti pada pergantian sebuah acara satu ke satu acara lainnya. Filler sendiri merupakan seni yang memiliki nilai-nilai tersendiri. Filler dibuat khusus dan terencana, karena Filler merupakan bagian dari Film dan harus lah memiliki pesan yang jelas dan tersampaikan kepada masyarakat.
Badan Ekskutif Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (BEMJ KPI) dalam menyambut ulang tahun Jurusan KPI ke 21ingin memeperkenalkan jenis film Filler dengan mengadaka acara Dialog dan Lomba Film Filler.  Iqbal Zulfahmi selaku ketua panitia menjelaskan, acara dialog tentang Filler ini bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat, khususnya mahasiswa bahwa film itu bukan sebuah ilmu pasti, film adalah hal yang berkembang, seperti seni. Memperkenalkan apa itu Filler juga merupakan salah satu tujuan utama acara ini” jelas Iqbal.
Panitia sengaja membuat dua sesi yaitu Dialog dan Lomba Filler agar para peserta lomba memahami dulu apa itu Filler dan bagaimana proses pembuatannya. Penjurian dilakukan oleh Akhlis Suryapati selaku ketua Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia (SENAKKI). [ennis]

“BEM-J KPI mengadakan Book Fair “


Gedung Fidikom, Teras KPI- (Rabu 24/5) Salah satu rangkaian acara memperingati milad Jurusan Komunikasi penyiaran Islam (KPI), Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fidikom) dies natalis ke-21 yaitu Book Fair, kegiatan ini bertujuan untuk menarik minat baca mahasiswa/mahasiswi dan kalangan umum, acara tersebut dibuka pada tanggal 18-27 Mei mendatang dari pukul 09.00 hingga 17.00 di lantai dasar gedung Fidikom.
Buku-buku yang disediakan beraneka ragam diantaranya Novel, Sastra, Agama, Sejarah, Umum, Komputer, Kesehatan, Filsafat, Psikologi dan harga yang ditawarkan sangat terjangkau dengan diskon dimulai dari 10-50 %. “Saya sangat respect dengan acara Book Fair ini,  apalagi harga yang ditawarkan terjangkau bagi kalangan mahasiswa” kata Anisa Nur Afifah (19) Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan.
 “Acara Book Fair ini terlihat ramai dikunjungi  dan alhamdulillah setiap harinya buku banyak yang terjual” ujar Syawal (24) salah satu pedagang buku.
Acara milad ini sangat ramai dengan berbagai rangkaian acara yang bertemakan “COMMUNICATION FAIR” dengan mengimplikasikan spesifikasi keilmuan dibidang komunikasi kedalam berbagai bentuk acara kemahasiswaan. Selain acara Book Fair, dies natalis KPI ke-21 ini diisi dengan beragam agenda kegiatan, di antaranya,  dialog komunikasi antaragama dan budaya, bazaar, lomba karya tulis ilmiah tingkat SMA, lomba kreasi komik, lomba film pendek,lomba mewarnai, lomba public speaking, musyawarah nasional Ikatan Mahasiswa Islam Komunikasi se-Indonesia (Munas IMIKI), dan alumni day. (saddam)

SOSOK : Ryan "Potenzio"

Buah Kesabaran dan Kerja Keras, Ryan Potenzio Meretas Angan
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) telah memasuki usia ke-21. Hal ini menandakan semakin dewasanya jurusan dengan input mahasiswa yang heterogen. Dibalik keragaman asal-usul mahasiswanya, KPI kerap menghasilkan sosok-sosok mahasiswa yang patut diteladani. Baik yang masih aktif kuliah maupun yang telah lulus. Pada edisi ini, Teras KPI menampilkan sosok pemuda yang dengan gigih dan pantang menyerah berjuang untuk meraih impiannya.

JAUH dengan orang-orang terdekat serta banyaknya berita tentang kerasnya ibukota, tak membuat gentar sosok pemuda yang satu ini. Bermodal nekat untuk mengadu nasib di kota Jakarta, ia pun memberanikan diri untuk merantau.
Semua bermula sekitar empat tahun yang lalu ketika Ryan Rifqi Nugroho, biasa dipanggil Ryan telah menyelesaikan pendidikannya di SMA Muhammadiyah Yogyakarta. Setelah lulus SMA, selain serius dalam bidang musik, ia pun berencana untuk melanjutkan studi ke universitas.
Namun usahanya untuk masuk ke universitas tidak berjalan mulus. Dua kali ia gagal lulus ujian penerimaan mahasiswa baru. Kegagalan demi kegagalan tersebut tidak lantas membuatnya berputus asa. Ia pun bertekad mengikuti seleksi untuk ketiga kalinya.
Sembari menunggu pendaftaran mahasiswa baru dibuka, ia yang pernah menjadi young talent 2008 pada album terakhir grup band Element ini, waktunya lebih banyak ia habiskan dengan mengasah kemampuan bermusiknya. Walaupun demikian, ia tidak lupa untuk mempelajari beberapa disiplin ilmu yang akan menjadi bekal dalam menghadapi ujian penerimaan mahasiswa baru berikutnya.
Untuk mengoptimalkan bakat bermusiknya, ia beserta kerabatnya memutuskan untuk hijrah ke Jakarta. Selanjutnya, ia yang saat di Yogya merupakan anak band, mendapat tawaran dari kenalannya untuk bergabung ke dalam project sebuah band bernama Potenzio. Hal tersebut tak ia sia-siakan. Februari 2009 ia resmi menempati posisis vokalis yang masih lowong.
“Dulu punya band sendiri di Jogja, tapi sekarang sudah bubar. Lalu ada kenalan yang mengajakku bergabung di Potenzio,” ujar Ryan
Walaupun ia telah masuk ke dunia hiburan, namun niat untuk mengenyam bangku perkuliahan tidak pernah surut. Ketika pendaftaraan mahasiswa baru tahun angkatan 2009/2010 dibuka. Dengan penuh percaya diri ia mendaftar sebagai calon mahasiswa UIN Jakarta.
Berkat usaha keras dan pantang menyerah, saat pengumuman kelulusan dibuka, namanya tercantum sebagai mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI).
Ia sangat bersyukur ketika mengetahui bahwa dirinya telah menjadi bagian dari civitas academika UIN Jakarta dan juga telah menjadi bagian dari manajemen band Potenzio. Ia melampiaskan rasa syukur tersebut dengan berusaha sebaik-baiknya dalam menjalani kedua pekerjaan  yang akan menjadi kunci masa depannya.
“Tidak menyangka juga kalau bisa diterima. Mungkin karena dulu ibu pernah bilang kalau nanti aku akan kuliah di UIN,” ungkapnya.
Saat ditanya mengapa memilih Jurusan KPI, ia menjelaskan bahwa dalam dunia musik juga memerlukan komunikasi. Dengan kemampuan berkomunikasi yang baik, setiap musisi mampu menciptakan karya yang dapat diterima umum, tanpa menimbulkan kebingungan maupun kontroversi lewat karyanya.
Selain itu, melalui Jurusan KPI, ia mampu membatasi dirinya terhadap hal-hal negatif yang selama ini tumbuh mekar di dunia hiburan.
“Dunia hiburan kan kita tahu bahwa kehidupan dan pergaulannya penuh dengan hingar bingar. Oleh karenanya di KPI aku mendapat pergaulan yang benar, yang sesuai dengan agama. Jadi secara langsung atu tidak langsung aku terbawa dan terlindungi,” ujarnya.
Selanjutnya, mengenai isu-isu yang menyebutkan kampus UIN Jakarta sebagai kampus teroris dan sarang gerakan Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah Sembilan (NII KW 9) tak membuatnya untuk berencana pindah ke universitas lain. Karena menurutnya, kelompok-kelompok terorisme maupun gerakan-gerakan NII tidak hanya menyerang kampus ini saja. Hanya saja yang terungkap dan diangkat oleh media kebetulan merupakan lulusan UIN. Namun, semua itu kembali kepada diri sendiri. Sebagai mahasiswa pastinya sudah mengetahui hal-hal yang baik untuk diikuti maupun hak-hal yang harus dijauhi. Tidak perlu mengikuti perkumpulan-perkumpulan yang mencurigakan.
Empat semester telah ia lalui. Walaupun ia sering ketinggalan kelas, karena di saat yang bersamaan ia harus menjalani kewajiban untuk mentas, ia tetap menjadi salah satu mahasiswa terbaik di kelas.
Dalam bermusik, sejauh ini ia beserta bandnya telah merilis album pertama yang berjudul “Jingga”. Dimana melalui alunan-alunan dari album itulah yang membuat kesibukannya meningkat, dengan mengisi sejumlah event-event musik berskala lokal dan nasional, baik yang on air maupun off air.
Sejauh ini, selain sibuk kuliah, konser dan menciptakan lagu, ia juga sedang serius menggarap album keduanya dengan label KFC.
“Inshallah bulan depan Potenzio merilis single album kedua dengan judul Twitter Dunia, doakan ya,” ujarnya.
Dalam usaha mempromosikan albumnya, rencananya di setiap restoran cepat saji yang juga merupakan nama label tersebut, akan selalu memutarkan single Twitter Dunia.
Tak lupa, dalam rangka Dies Natalis KPI ini, ia berharap semoga perkuliahan di KPI bisa selalu ditingkatkan kualitas pengajarannya dan untuk masalah birokrasi kampus dapat dipermudah.
Ia pun berbagi kiat kepada para mahasiswa untuk menjadi diri sendiri, tidak meniru orang lain, dan mengada-ada. Selain itu, lakukanlah semua kegiatan yang disuka asalkan positif sehingga mampu membuat orang tua dan semua orang bahagia. [bwo]


LOMBA PUBLIC SPEAKING BERJALAN LANCAR

MESKIPUN TERTUNDA ACARA PUBLIC SPEAKING TERSELENGGARA  JUGA
CIPUTAT – Lomba public speaking dalam perayaan Diesnatalis Jurusan KPI (Komunikasi dan Penyiaran Islam) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang ke-21 terselenggara juga. Jadwal lomba yang seharusnya diadakan pada Jumat (20/5) diundur menjadi Senin (23/5). “Karena belum matangnya acara makanya kami mengundur jadwal lomba”, ujar Embun sebagai salah satu panitia pelaksana.
Meski acara tertunda namun antusias dari peserta yang mengikuti lomba begitu luar biasa. Terlihat dari para peserta yang sudah hadir beberapa jam sebelum acara dimulai.
Lomba public speaking yang dilaksanakan di halaman Gedung Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi ini berjalan lancer tanpa ada kesalahan-kesalahan vatal yang terjadi. Dan para peserta yang mengikuti lomba juga bukan bukan dari kalangan mahasiswa saja, namun banyak juga dari Sekolah Menengah Atas. Ini merupakan suatu hal luar biasa karena siswa SMA berani ikut mengambil andil dan berani berkompetensi melawan mahasiswa Perguruan Tinggi. “Karena di Indonesia sangat jarang sekali siswa SMA belajar dunia public speaking “, ujar David Sagitarius sebagai salah satu juri.
Juri yang dihadirkan dalam lomba ini merupakan orang-orang yang berpengalaman di bidangnya, yaitu David Sagitarius dan Mr Muhammad Saleh Soul Allen dari KHAFI Public Speaking School.
Penampilan yang dibawakan peserta cukup luar biasa. Tema yang dibawa pun beraneka ragam dan hal yang menarik lagi salah satu peserta lomba menampilkan pertunjukan sulap. Yang merupakan satu-satunya peserta yang menampilkan pertunjukan itu. 
Dan akhirnya para juara lomba diumumkan, dan Hartika Yuliasari sebagai juara pertama, Faisal Amin sebagai juara kedua dan arum Fattayan sebagai juara ketiga. [dwi]

" Ucapan dan Harapan Dies Natalies KPI "

Dekan
“Selamat ulang tahun buat KPI, semoga semakin sukses bagi sebuah program study dan semakin banyak diminati, karena Ilmu Komunikasi adalah Ilmu yang sangat penting, tidak hanya dalam  bidang agama, juga dalam bidang-bidang yang lain. Harapan saya, semoga mahasiswa KPI semakin kreatif, semakin rajin belajar, dan menjadi ahli-ahli komunikasi yang tidak hanya menguasai ilmu komunikasi juga menguasai content islam dari komunikasi”

Pudek 1
“Untuk jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam saya mengucapkan, selamat ulang tahun semoga ke depan menjadi lebih baik dan menjadi program study unggulan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, bahkan juga di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.

Pudek 2
“Selamat ulang tahun Jurusan KPI, semoga semakin maju, dan alumninya juga berkembang dan berkiprah di masyarakat”.


Tuesday, May 3, 2011

" Kuliah dan Organisasi ''

Kuliah dan Organisasi
oleh: Akmal fauzi
Disaat seseorang memasuki lingkup akademik, salah satunya adalah lingkungan kampus,  maka secara tidak sadar kita mengikuti arus aktivitas yang terjadi dalam dunia kampus tersebut. Dalam dunia kampus kita sering mendengar yang namanya organisasi. Organisasi adalah lingkungan penyempurna dari lingkungan akademik.
Tak bisa dipungkiri ilmu pengetahuan yang didapat dari dalam kelas kuliah hanya sebatas ranah kognitif saja (pikiran). Apabila dilengkapi dengan organisasi maka akan berkembang ranah afektif (sikap) dan psikomotorik (perilaku). Permasalahannya tidak semua mahasiswa terjun dalam kegiatan organisasi. Bagi mereka yang tidak ikut dalam organisasi, menganggap bahwa ikut dalam organisasi sangatlah mengganggu kuliah. mahasiswa bolos kuliah, bahkan cuti kuliah atau mengundurkan diri sekaligus dengan alasan berkorban demi kemajuan organisasi yang diikuti sekarang. Ini tidak lepas dari tujuan mereka yaitu ingin cepat lulus dan bisa mencari pekerjaan.
Bagi yang aktif dalam berorganisasi, organisasi dimanfaatkan sebagai wahana laboratorium untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan yang didapat dari perkuliahan. Seperti kata-kata populer “if I hear I forget, if I see I remember, if I do I know”. Dan organisasilah yang akan membantu anda untuk do sehingga anda benar-benar know.
Akademis dan Organisatoris
Ada hal lain yang harus digaris bawahi dalam berorganisasi, yaitu tidak terlalu berlebihan sebingga melupakan tujuan utama yaitu kuliah. Sedangkan organisasi sebagai pelengkap saja. Dilihat dari segi tujuan masing-masing individu memanglah berbeda. Dan tidak bisa disalahkan jika kita berpijak pada hal tersebut. Namun sangat disesali jika mahasiswa sebagai akademisi tangguh berubah menjadi nonakademisi karena “berkorban demi suatu organisasi yang digelutinya”. Tidak semua mahasiswa yang benar-benar mengatasnamakan organisasi untuk meninggalkan kuliahnya. Organisator yang tangguh adalah orang yang pandai mengatur space-space kehidupannya. Jika hal ini yang terjadi maka terwujudlah suatu keseimbangan. Malah orang yang mengatasnamakan organisasi untuk meninggalkan kuliahnya adalah pengkhianat besar organisasi yang diikutinya dan secara terang-terangan telah menjelekkan nama organisasi tersebut.
Mahasiswa sebagai agen of change artinya adalah sebagai orang yang bisa mengadakan perubahan pada suatu sistem sosial (individu, keluarga, masyarakat, nusa bangsa) kearah yang lebih baik. Jika ingin benar-benar menjalankan kewajiban tersebut pegang dua pilar yiatu akademi dan organisasi.


Keseimbangan
Senjata paling ampuh menurut filosof terkenal Pieget yang dikenalkannya sebagai Equilibrium. Keseimbangan untuk mengatur kapling-kapling pikirannya. Seorang organisator yang profesional apabila didasarkan oleh teori Pieget ini adalah bisa membedakan pemikiran pada saat di organisasi dan pemikiran pada saat kuliah. Mungkin contoh yang paling umum dan agak menggelitik ketidak profesionalan seorang organisator ketika permasalahan pribadinya dengan sesama anggota dibawahnya dalam forum organiasasi, sehingga mempengaruhi kinerjanya. Bahkan permasalahan ini bisa merembet sampai ke perkuliahan, dan seterusnya.

Lampionku Berwarna Hijau

A ling sook, itulah namaku yang diberikan ibuku sedari kecil. Umurku baru 14 tahun. Awalnya aku tinggal bersama ibuku di jakarta. Aku merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Kedua kakaku berjenis kelamin wanita. Kakak ku yang pertama tinggal di jakarta bersama sang suami dan anak pertamanya. Selanjutnya kakaku yang kedua dia tinggal di bogor bersama ayah dan ibu. Sementara aku? Awalnya aku sama seperti kakaku yang kedua. Aku tinggal bersama ibu dan ayahku. Tapi sekarang aku mau tidak mau karena harus melanjutkan sekolah menengah pertama (SMP). Ibuku memutuskan aku pindah untuk melanjutkan sekolahku dijakarta dan tinggal bersama nenek dan kakek ku yang berada dijakarta. Tepatnya di pinggiran jakarta sih. “MURAH” itulah alasan kenapa ibuku memindahkanku disini bersama neneku. Tapi setau aku dijakarta bukanya malah mahal yaa?. “Tapi entahlah, aku si nurut saja apa yang dikatakan ibuku”. Tukasnya pelan sambil memasukan barang-barang untuk dimasukan ke tas untuk keperluanya di jakarta.
Pagi ini seperti biasanya seorang wanita tua renta dengan wajah berseri-seri  menyambutku dengan penuh kehangatan. Aku pun menjawabnya dengan senyuman lebar kearah neneku yang sudah lama tidak bertemu. Neneku sayang sekali kepada semua cucu-cucunya. Begitu juga denganku. Walaupun dikeluarga besarku hanya nenekku yang beragama islam. dan Neneku tidak memandang agama kepada anak dan cucu-cucunya. Neneku menikah dengan kakek sudah lama. Dan kakek beragama tionghoa, Sama sepertiku. Kakekku menikahi nenek tidak memandang nenek beragama islam atau tidak dan tidak memaaksanya untuk pindah keagama kakekku. Itu yang aku salut dari kakekku. Tapi sayangnya rasa sayangku ini hanya bisa aku persembahkan untuk neneku seorang. Kakek meninggal dunia sejak umurku lima tahun. Walaupun aku belum pernah melihat sosok kakek langsung, hanya pernah melihat kakekku dalam sebuah album foto. Tapi aku bangga dengannya sejak ibuku menceriterakan tentang kakek dan nenek dulu. Katanya pelan.
Bulan oktober yang cerah, bahkan sangat cerah dibandingkan dengan bogor. tempat tinggalku itu memang sering sekali yang namanya hujan. Hujan sudah menjadi pemandangan yang sudah tidak asing lagi dikotaku yakni bogor. Mangkanya kotaku itu disebut kota hujan. Tapi bagi agamaku tionghoa, hujan adalah berkah bagiku dan agamaku. Tapi itulah kota hujan. Mungkin kalau dibogor sering terjadi kahilangan. Mungkin saja namanya buka lagi kota hujan. Tetapi berubah menjadi kota “MALING”. A ling bergurau nyeleneh.
Hmm.. hari ini adalah hari pertamaku tinggal bersama neneku dijakarta. Dan hari ini juga bertepatan dengan hari "sengsaranya" umat islam selama satu bulan. Bayangin saja selama satu bulan umat muslim menahan haus dan lapar selama satu bulan.
“........’ aling terdiam sejenak.
“apa nenekku kuat ya nahan haus sama ngak makan selama satu bulan?” tanya aling dalam hati.
“Sudahlah, yang penting sekarang aku harus mencoba betah tinggal disini, dan habis beres beres aku mau langsung istirahat.” Tukas aling dalam hati sambil mengeluarkan barang-barang yang sudah dibawanya sedari rumah dan memasukan kedalam lemari kosong yang sudah disiapkan oleh nenek tersayangnya dan langsung istirahat.
“SAHUUUR.. SAHUUUR...” teriak seseorang dari musholah kira-kira jaraknya 100 meter dari rumah nenek.
            “suara apaan tuuh?” tukas aling kaget karena mendengar sahut-sahutan kata sahur dari musholah.
                              
alingpun terbangun dari tidurnya karena mendengar sahutan sahur dari musholah. Dan langsung melihat kearah jam yang menunjukan hampir pukul dua pagi dini hari.
            “padahal tadi aku tidur baru sebentar. Tapi sekarang sudah jam dua siang aja, apa karna aku kecapean karna perjalanan dari bogor kejakarta ya?” Tanya aling pelan sambil memandang kearah jam yang tepat barada dihadapanya.
Alingpun keluar kamar untuk memastikan kalau sekarang sudah siang dan melihat nenek sedang makan diruang makan.
            “neek, kok makan siang ngak bangunin aling sih nek?” tanya aling sopan sambil duduk dimeja makan dengan jari kanan mengucek mata yang sayu sehabis bangun tidur.
            “makan siang?” jawab nenek heran sambil tersenyum kearah aling dengan segelas air putih hangat ditangan kanannya.
            “kok nenek malah senyum-senyum gitu sih nek?” sahut aling heran.
            “abisnya kamu aneh” jawab singkat.
            “aneh? Aneh kenapa nek?” tanya aling singkat juga, sambil mengambil sesendok nasi di bakul yang sudah ada di meja makan sedari tadi.
            “iyaa kamu tuh aneh, wong sekarang masih jam dua pagi?” jawab nenek singkat sambil melihat tampang aling yang heran.
            Seketika itu juga aling meninggalkan meja makan, dan lari menuju jendela depan yang fewnya langsung mengarah ke luar.
            “bener kan?” teriak nenek sambil melanjutkan makananya.
Alingpun mengakuinya dengan senyuman malu karna sudah menganggap sekarang adalah jam makan siang.

            Kehidupan alingpun berubah 180 derajat saat aling tinggal bersama neneknya. Setiap jam dua pagi aling selalu bangun untuk menemani neneknya makan sahur. Dan begitu juga pada saat buka puasa. Dua minggu salama satu bulan puasa pun sudah dilewati nenek tanpa hambatan. A ling yang notabenenya beragama tionghoa. A ling sangat menghargai neneknya yang sedang berpuasa. Setiap nenek menyiapkan makanan untuk aling. A ling selalu menjauh dari nenek. Untuk menjaga hawa lapar yang sedang dilalui oleh neneknya. Dan selama empat belas hari dirumah nenek dan menemani neneknya setiap sahur,bukapuasa. A ling sering merasakan hal yang aneh ketika aling mendengar panggilan sholat untuk umat muslim yaitu azan dari musholah al-ariif yang tidak jauh dari rumah nenek. Aling merasakan ada ketenangan tersendiri yang aling tidak iya dapat sebelumnya. Setiap kumandang azan aling selalu duduk di antara jendela kamarnya yang kebetulan fewnya tepat langsung mengarah ke musholah al-ariff. Walaupun kubahnya saja yang kelihatan dari jendela kamar aling. Tapi bukan itu yang penting. Yang terpenting suara azan yang keluar dari kubah musholah itu. Aling merasakan ketenangan seperti itu, tepatnya sejak hari kedua a ling mendengar suara adzan. Khususnya azan subuh. Namun pas hari itu aling belum menyadari kalau ketenangan itu berasal dari suara adzan subuh tersebut. Semanjak itulah a ling setiap mendengar suara adzan aling selalu berada dikamarnya. Dan mendengarkan kumandang azan sampai habis.
Tepat di hari ke dua puluh lima berpuasa. A ling tidak lagi bangun jam dua pagi dini hari untuk menemani neneknya makan sahur. A ling tidur pulas sekali waktu itu, iya lelah karena sore harinya a ling beres-beres rumah yang sudah ditempati oleh debu yang tidak diundang itu. Alhasil a ling pertama kalinya selama duapuluh lima hari tidak mendengarkan kumandang adzan subuh dari musholah al-ariif.
            “pagi neek!!” sapa aling pelan kepada ibunya yang sedang menyapu halaman depan.
            “kamu udah bangaun liing?” jawab nenek memotong sapaan aling dengan sapu duuk ditanganya.
Alingpun langsung bergegas mandi. Dan melakukan aktifitasnya sehari hari. Yaitu membantu neneknya dirumah. Sesekali a ling keluar rumah sekedar jalan jalan sore. dan sesekali tegur sapa dengan anak seumuranya. semenjak pindah kejakarta dan pindah sekolah di jakarta. Sekolah yang ditempatinya sekarang sedang libur total selama bulan puasa.
            “a ling” suara benturan piring dan gelas memecahkan keheningan yang berada di ruang makan.
            “neeek? nenek ngak puasa?” tanya a ling heran sambil melihat jam yang berada di ruang makan. dengan sepotong roti ditangan kanannya mendapati neneknya sedang makan di jam yang seharusnya tidak dibolehkan untuk makan bagi orang yang berpuasa. A ling yakin sekali bahwa pada saat itu masih siang dan ngak salah lagi. Alingpun langsung menghampiri neneknya yang sedang asik makan di meja makan. Sepanjang suapan sampai akhir. Siti jamilah nenek a ling menjelaskan kenapa iya tidak berpuasa pada hati itu.tidak enak badan.
Selama satu tiga hari a ling tidak lagi mendengarkan suara azan subuh, semenjak neneknya sakit .
            “Allahuakbar Allaaaaaaahuakbaaar.....” suara kumandang adzan.
            Alingpun kembali mendengarkan suara yang slalu membuatnya merasa tenang dan selalu bergetar hatinya ketika mendengar suara itu. Sempat terlintas dipikirannya a ling ingin mendekati suara itu. Tapi a ling belum bisa. Dan masih ada rasa canggung untuk kesana, karena a ling sadar , bahwa a ling beragama tionghoa.
Dan semua yang dirasakan selama ini belum di ceriterakan kepada neneknya.
            Setelah menemani nenek makan sahur dan ikut makan juga. Aling tidak lagi langsung pergi kekamar untuk mendengarkan suara azan itu. Iya memutuskan untuk keluar rumah untuk mendengarkan suara adzan itu. Niatnya sih ingin marasakan hal yang beda dari yang iya dengar dari jendela kamar.
            “klek..” suara hentakan tangan a ling dengan bukaan pintu yang sudah terbuka.
Aling keluar dengan mengunakan kain sarung yang diberikan neneknya untuk selimut. Sedang asik berdiri di halaman rumah yang tidak ada pagarnya itu. Aling tiba-tiba mendengar suara. Tapi kali ini bukan suara adzan yang iya dengar. Namun seperti hentakan kaki yang berlari menuju kearahnya. Tiba-tiba tiga orang anak seumuran a ling berlari dengan kompaknya, mirip kuda-kuda balap yang melaju kencang pas pintu start dibuka. Aling pun hanya melihat dari iya berdiri sekarang sampai tiba mendekat.
            “sreet..” alingpun diseret oleh salah satu oarng yang berlari tadi.
            “ayoo cepat sedikit lagi adzan tuuh, ngapin kamu masih berdiri aja.” ucap seorang yang menarik tangan a ling dengan kain sarung yang di kalungkan dilehernya.
Aling heran, sekaligus bingung kenapa tangannya ditarik dan ikut berlari bak kuda balap yang ingin mencapai finis terlebih dahulu. Alingpun mau tidak mau ikut berlari dan tidak tahu mau berlari kemana. Sepanjang perjalanan adzan punterdengar dari kejauhan. Tapi anehnya suara adzan itu seolah menghampiri aling. Akhirnya aling sadar bahwa aling dibawa berlari menuju suara yang membuatnya tenang dan bergetar hatinya selama ini. Sesampainya di musholah al-ariif aling dan ketiga anak yang membawa aling ke musholah. Mulai memasuki halaman musholah al-ariif.
            “waaaah..” terengah-engah aling ketika langkah pertamanya memasuki musholah tersebut sambil menatap setiap sudut musholah sambil mencari asal suara dan siapa yang mengkumandangkan adzan yang selama ini didengarnya.
            “ayoo cepet wudhu, ngapain diri disini” sapa anak yang tadi menyeret a ling sambil menepukan tangan kebahu kanan a ling.
            “hah? i..ii..iyaaa.”jawab a ling gugup sambil berjalan mengikuti anak yang menyeretnya barusan. Sambil berfikir wudhu itu apa.
            “cuuuurrr... “ suara air keran memecahkan keheningan ditempat wudhu.
Dengan sok tahunya a ling berwudhu. Sambil meniru anak yang menyeretnya tadi, seolah-olah sudah terbiasa berwudhu.
Aling tidak tau kalau sehabis iya berwudhu itu iya harus sholat yang dilakukan umat muslim. Dan tiba tiba aling diajak masuk untuk sholat.
            “sholat?” tanya aling dalam hati.                  
            “ngak, ngak,,,aku ngak boleh sholat.” Katanya dalam hati sambil melangkah menjauh dari saff menuju keluar pintu musholah.
Namun lagi-lagi anak yang menyeretnya dari awal menegurnya dari saff paling belakang.
            “hsttt....” siul anak itu kepada aling yang berjalan menjauh.
A ling refleks menengok kearah anak itu dengan tampang bingung.
            “iyaa iyaa sebentar. Aku mau masukin sendal dulu. Aku takut hilang.” Jawab a ling mengelak.
            “oowh.. ywdah cepet, sekalian sendalku juga ya?” sahutnya anak itu pelan juga.
Langkah kaki balik a ling ke barisan saff terakhir di iringi suara yang iya dengarnya setelah suara azan. Yaitu suara iqomah. Yang di kumandangkan oleh muadzin. Yang berarti shalat berjamaah akan segera dimulai.
            “sholat? Jangankan sholat.wudu aja nyontek sama orang.” Tukas a ling dalam hati dengan tampang bingung.
Dengan bola mata selalu mengarah keorang yang berada didepanya. A ling mengikui sampai rakaat kedua. Walaupun saat rakaat pertama a ling salah gerak. Yang seharusnya tidak langsung sujud. Berdiri sebentar untuk membaca do’a qunut. Namun dengan kecerdikan a ling, seolah-olah iya menggaruk jari-jari kakinya pada saat iya salah melakukan gerakan shalat, dan yang lain tetap berdiri dan membaca doa qunut. Begitu juga pada saat hatahiyat akhir. Jarinya telunjuknya telat diangkat.
Dari situ a ling sadar akan satu hal. Bahwa islam mungkin adalah agama yang seharusnya iya anut. Bermula dari rasa nyaman dan hati slalu bergetar ketika mendengar suara adzan. Islam tidak memaksakan seseorang untuk melakukan sesuaatu, baik itu sholat,puasa dll. Islam mempunyai toleransi terhadap sesuatu. Dan tanpa pikir panjang a ling meminta izin sama keluarga besarnya untuk pindah dan masuk agama islam. Dan menjelaskan bahwa iya masuk islam karena hal yang dirasakannya pada saat itu. Bukan karena paksaan dari ibuku yang sudah islam sedari kecil .Ashaduallaillahaillallah waashadduannamuhammadarasullulaah. Kalimat ini awal untuk menuntunku untuk mendalami islam lebih dalam lagi. Ahmed adalah orang yang menjadi orang pertama yang tau kalau dulu itu aling shalat masih dalam agama tionghoa. Dan ahmed slalu menemani a ling untuk balajar mendalami islam. Malam mengaji pertama ahmed menjemput a ling dengan lampion yang awalnya berwarna merah dan dicatnya kembali dengan warna hijau. Merah melambangkan tionghoa, dan hijau melambangkan islam. Dan Sebagai seorang mualaf, A ling sangat bersemangat dan tekun sekali dalam memperdalam keislamanya. Dan disepanjang perjalanan aling menceritakan kejadian-kejadian lucu saat aling berpura-pura menganut agama islam agar aling yang berlatar belakang agama tionghoa,bisa diterima dikampung itu dan bermain bersama. Dari yang namanya kepergok memakai peci/kopiah dikamar. Nyaris kepergok dengan ahmed sehabis beribadah dari wihara yang kebetulan jarak antara masjid dengan wihara tidak terlalu jauh, kurang lebih sekitar  500 meter dari musholah al-ariif.  Ini membuat teman-teman sebayanya yang notabenenya sedari kecil sudah beragama islam merasa malu skaligus salut terhadapnya. Meskipun iya masih muda, yang sebagian anak muda seusianya sedang giat giatnya bermain,  tetapi A ling tidak demikian. Semangat belajarnya memang patut diancungi jempol. Pertama, Islam adalah diin (agama) yang paling sempurna, yaitu penyempurna dari semua agama-agama yang pernah diturunkan Allah SWT kepada ummat-Nya, ini ditegaskan dalam firman-Nya :
Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku
cukupkan kepada kamu nikmat-Ku, dan telah aku ridhai Islam sebagai agama
bagi kamu.
(QS Al Ma’idah [5]:3)
kalimat inilah yang aling dengar pada saat berpura-pura menjadi agama islam di dalam ceramahnya seorang ustat di musholah al-ariif.
dan aling pun dewasa dengan agama islamnya sampai akhir hayatnya.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates